Saat ini saya berada di persimpangan untuk memilih apakah bertahan atau keluar dari sebuah kelompok da'wah Islam. Saya masih mencari kelompok yang benar-benar memiliki idealisme yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Jika kenyataannya belum sesuai, mereka (atau beberapa orang pelopornya) seharusnya mau mengusahakan menegakkannya secara bertahap, mudah ditemui, mudah bermusyawarah, tidak bebal terhadap masukan, mau mengakui kesalahan serta punya keinginan kuat untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang ada. Saya saat ini mencari kembali dengan mulai mengkaji di beberapa tempat... Jika ada teman-teman yang membaca post ini dan telah menemukannya, kabari saya, ya...
Nah, bagaimana mengecek apakah seseorang atau suatu kelompok itu sesuai dengan Sunnah Rasulullah saw atau tidak? Sepertinya kita bisa mencontoh metode Raja Romawi yang disalin dari kisah Abu Sufyan di HR Bukhari no. 2723 berikut ini:
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu berkata; Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadaku bahwa saat itu dia sedang berada di negeri Syam bersama orang-orang Quraisy yang mengunjungi negeri itu dalam rangka berdagang pada masa (perdamaian/berlangsungnya gencatan senjata) antara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang kafir Quraisy, Abu Sufyan berkata: "Maka utusan Qaishar menemui kami ketika kami berada di Syam lalu dia berangkat mengajak aku dan teman-temanku hingga ketika kami sampai di negeri Iyliya' kami dipersilahkan masuk menemui Qaishar yang saat itu sedang duduk di majelis kerajaannya sedang dia mengenakan mahkota sementara di sekelilingnya ada para pembesar kerajaan Romawi.
1. Tanya orang terdekat
Maka dia berkata kepada penterjemahnya: "Tanyakanlah kepada mereka siapa diantara mereka yang paling dekat nasab (hubungan darahnya) dengan laki-laki yang mengaku dirinya sebagai Nabi tersebut". Abu Sufyan berkata; maka aku katakan: "Akulah orang yang paling dekat nasabnya ". Dia bertanya: "Apa hubungan nasab kamu dengan dia?" Aku jawab: "Dia adalah anak dari pamanku". Dan saat itu memang tidak ada seorangpun dari keturunan Bani 'Abdu Manaf selain aku. Lalu Qaishar berkata lagi: "Dekatkanlah dia kepadaku". Lalu dia memerintahkan teman-temanku dan menjadikan mereka berada di belakangku berbaris dekat bahuku.
2. Cek apakah dia/kelompok tersebut suka berdusta atau tidak
Kemudian dia berkata kepada penterjemahnya: "Katakanlah kepada teman-temannya bahwa aku bertanya kepada orang ini tentang laki-laki yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Bila dia berdusta maka kalian dustakanlah dia". Abu Sufyan berkata: "Demi Allah, seandainya pada saat itu bukan karena rasa malu yang akan berdampak buruk terhadap teman-temanku (bila berdusta) pasti aku sudah berdusta ketika dia bertanya tentang dia (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam). Akan tetapi aku malu bila kemudian memberikan citra buruk kepada mereka tentang kedustaan sehingga aku membenarkannya".