Wednesday 28 June 2017

Jujur, langkah pertama untuk menjadi seorang Muslim, langkah pertama untuk masuk surga.


Di Ramadhan tahun ini (1438 H) saya dikagetkan oleh sebuah fakta bahwa akreditasi yang dilakukan di tempat kerja saya saat ini di Jakarta, menggunakan data dan fakta yang tidak sebenarnya. Yang paling mengagetkan lagi, instruksi penggunaan data dan fakta palsu tersebut datang dari seseorang yang memakai atribut-atribut (seperti pakaian, ucapan) yang sangat islami dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh mengecewakan, orang yang nampak islami dan membawa nama islam malah memimpin rekan-rekan kerjanya untuk melakukan pemalsuan data. Apapun alasannya, itu tetap saja dusta di mata saya, dan juga di mata Allah. Nilai akreditasi yang diperoleh tidak akan halal dan barokah, dan prosesnya tidak akan mendatangkan pertolongan Allah. Baik atasan maupun bawahan, keduanya menanggung dosa. Untuk atasan, mengapa menginstruksikan bawahannya untuk melakukan kebohongan? Untuk bawahan, mengapa menurut saja ketika disuruh untuk memalsukan data? Bukankah anda bisa menolak? Lalu untuk apa kalian shaum?
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya" (Hadits Riwayat Abu Daud no. 2015, hadits serupa juga terdapat di Bukhari no. 1770, Bukhari no. 5597, Tirmizi no. 641.)
Saya sendiri pernah terjerumus dalam perilaku suka berbohong, sekitar tahun 2011-2013, disebabkan karena mengikuti ajaran senior saya yang salah (akan dibahas di lain waktu). Di masa-masa tersebut, justru prestasi kuliah menurun drastis dan kehidupan menjadi kacau dan tidak teratur. Lalu sejak Januari 2014 saya bertobat. Bentuk tobat saya waktu itu adalah mengakui semua kebohongan yang pernah saya lakukan kepada orang-orang yang pernah saya bohongi. Jika pernah berbohong pada sebuah instansi (misal dulu pernah mencontek saat kuliah) maka saya mengakui perilaku tersebut ke dosen bersangkutan dan ke dekan, memohon maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi... 

Sebagai seorang Muslim, seharusnya kita jujur dan tidak berkata kecuali yang benar, tidak menulis kecuali yang benar. Cukup banyak ayat al-Quran dan al-Hadits yang memerintahkan kita untuk berbuat jujur dan bersama orang yang jujur. Di antaranya:
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui dengan menjaga kehormatan dirinya." (QS Al Furqan 25:72)
"Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al Mumtahanah 60:12)
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar" (QS At Taubah 9;119)
"Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke Surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah" (HR Muslim no. 4721, hadits serupa juga terdapat di HR Ahmad no.3899)
Ditambah lagi, dari kisah keislamannya Raja Heraklius karena mendengar kejujuran Nabi Muhammad saw di HR Bukhari no.2723 dan disalin di sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kejujuran adalah salah satu ciri mutlak Kenabian Nabi Muhammad saw dan ciri mutlak umat serta jama'ah yang mengikuti Sunnah-nya dengan baik (Ahlus Sunnah wal Jama'ah). 

Yang masuk surga, hanyalah golongan yang mengikuti Sunnah Rasulullah dengan baik. Karena Nabi Muhammad saw adalah orang yang Jujur dan Benar, maka yang masuk surga hanyalah golongan orang-orang yang Jujur dan Benar juga. Bukankah kita ingin menjadi muslim yang baik? Bukankah kita ingin masuk surga? So, tidak ada alasan lagi bagi kita, orang yang mengaku sebagai Muslim dan umat Nabi Muhammad saw, untuk memelihara perilaku dusta apapun bentuknya.

No comments: